Postingan Kedua : Using the Power of Kepepet
Jauh-jauh hari, aku dan tim Divisi Tarbiyah sudah coba talk talk ke wakasek perihal mentoring gabungan yang jadi salah satu program kerja kita. Tapi ya ampyuuuun, i didn't expect it to be that complicated.
Yang paling complicated tuh, di bagian pemateri! Awal-awal, aku koordinasi dengan alumni, karena alumni juga menawarkan mencarikan pemateri. Not long after, tiba-tiba dapat kabar bahwa seseorang yang gak bisa aku sebutkan namanya (jadi disamarkan aja jadi si "A"), juga udah dapat pemateri. Padahal di situ, aku udah bilang bahwa pemateri akan dicari alumni. Jadilah bentrok. Karenanya, maka si A dan ketuplak datang ke wakasek. Dan akhirnya, wakasek memutuskan untuk memilih pemateri pilihan si "A". Tidak lama kemudian lagi, tiba-tiba kudapatkan kabar bahwa sekolah akhirnya memutuskan untuk mengambil purna guru (mantan guru di SMAN 4) sebagai pemateri.
Akhirnya, mulailah drama mencari CV yang muter-muter. Karena CV yang tak kunjung hadir di tanggal 15 April siang, akhirnya aku rada pesimis. Takut gak diizinkan sekolah kalau tanpa CV pemateri. Jadilah aku sedikit santai, karena kupikir akan diundur.
Etetiba, ketika kutanya ketuplak CV udah ada apa belum, dia bilang udah. Di situlah mulai panik. Di tanggal 15 April malam, akhirnya kubangunkan seluruh tim akhwat yang beranggotakan 4 (termasuk aku) untuk gercep menjalankan tugas masing-masing.
Celakanya, di situ tugasku jadi Humas&Pubdok. Sementara poster belum kubuat sama sekali karena kupikir gak akan jadi. Dikebutlah malam itu segala seswatunya. Dengan poster alakadarnya, publikasi sebisanya, malam itu akhirnya aku bisa tidur. Gak terlalu tenang, karena ada 2 tugas sekolah yang menunggu.
Sampai di sekolah, aku berkeliaran meminta tanda tangan di lembar pengesahan sebelum akhirnya diserahkan. Yap. Proposalnya diberikan saat hari H. Tapi sebelumnya aku sudah koordinasi lewat LINE, dan kayaknya wakasek pun memaklumi.
Gak sampai situ, menjelang mengab, aku kelabakan. Print daftar hadir, beli konsumsi, print kuesioner, dan mencari-cari MC yang mendadak raib. Akhirnya, barulah aku bisa tenang ketika semuanya mulai berjalan.
It was hard, but it was my best experience. Di malam 15 April, aku udah mau menyerah. Mau dibiarin aja diundur. Mau tidur. Gak mau bikin poster. Gak mau bantuin konsumsi. Gak mau yang lain lainnya. Tapi di situ, I tried my best buat mengalahkan kemalasan, kemageran, ke-pesimis-an, sampai akhirnya mulai bekerja as fast as I can. Karena somehow, aku merasa itu adalah salah satu kesempatan buat meraih banyak pengalaman yang gak biasa. Nyiapin acara cuma beberapa jam sebelumnya! Proposal diberikan di hari H! I can't believe it!
But we passed it, and I can't thank Allah enough. Pas hari H, banyak banget kemudahan yang Allah berikan. Wakasek yang memaklumi, acara ngaret yang gak dimarahin, motor untuk beli aqua, dan masih banyak lainnya! Jadi bisa disimpulkan, kerja keras aja gak cukup tanpa adanya bantuan dari Allah!
It wasn't because of me, or because of my friends, or because of anyone else. It was because of Allah that we could pass through the obstacles.
So, no matter how hard it is, we have Allah. He's bigger that our fears. He's stronger than our obstacles. Have faith.
Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Cau, 22 April 2018
Alhamdulillah yah:')
BalasHapuswkwkwkwk tul, tri! Incess, ditunggu blog nya :P wkwkw
HapusCurahan hati cau, hallo aku mampir kesini loh buat nyempetin baca
BalasHapushwaa sawry sawry baru liat ada komentar baru. Thx u, whoever you are wkwkwk
Hapus