Postingan Kesepuluh : The Heart Wants What It Wants (and what it needs)
<--sebelumnya
Sejak pertama kali membalas snapgramnya, sejak saat itulah usaha 1 bulan puasa instagramku buyar. Karena sejak saat itu pula, kami justru makin dekat. Aku membalas snapgramnya, lalu dia membalasnya. Terus mengobrol. Lalu berhenti. Kadang gantian giliran dia yang membalas snapgramku, dan terus seperti itu.
Bodohnya, aku juga masih sempet-sempetnya modus zaman dulu. Bilangnya sih, ada kepentingan padahal justru keselamatan hatiku yang perlu diprioritaskan saat itu. Banyak drama, banyak perasaan gak enak. Dan lain sebagainya.
Tapi parahnya, saking terbiasanya, sensitivitas itu mulai berkurang. Perasaan gak enak itu mulai hilang, berganti dengan pikiran ah, biasa aja. Cuma chat doang. Dilanjut dengan mengobrol yang lebih banyak tidak pentingnya.
Hingga suatu saat, datanglah berita. Berita yang berasa nampar pipiku keras. Berita yang berasa membangunkan aku dari tidur dengan cara diteriakin pake toa. Intinya, kembali ke normal sense, tapi secara kaget.
"Dia mau nikah," kata seseorang.
Wah, gak tahu juga waktu itu rasanya gimana. Yang pasti berasa langsung kembali menyadari. Aku mah apa atuh. Cuma temen doang. Aku mah apa atuh. Menahan diri gak nge chat juga gak bisa. Aku mah apa atuh.
Dari situ, mulailah diri ini kembali bersemedi di kamar. Mulai merenungi lagi jejak maksiat selama ini. Duh, parah banget lah pokoknya. Malam itu juga sesi galau seorang cau pun dimulai. Entah kenapa, rasanya tuh, sesek gitu. Berasa ada yang mengganjal di hati. Berasa ada sesuatu yang perlu dikeluarin tapi gak tahu apa. Berasa pengen meledakkan sesuatu, tapi gak tahu apa yang mau dan perlu diledakkan itu.
Salah satu hal yang paling kuingat saat ada acara talkshow dengan pemateri seorang psikolog adalah : "Emosi itu perlu disalurkan, biar lega. Kamu lagi marah, maka salurkanlah. Jangan dipendam. Bisa dengan menangis, bisa dengan olahraga. Salurkanlah ke arah yang baik." Intinya sih, gitu.
Dan malam itu, aku nangis. Tapi gak tahu emosi yang disalurkan lewat tangis ini. Rasanya cuma pengen nangis, tapi rasa lega itu gak muncul. Aku butuh sesuatu. Butuh saran. Butuh seseorang. Dan aku tahu persis siapa yang paling baik kuhubungi saat butuh siraman rohani.
Akhirnya aku mulai curhatanku dengan bismillah. Kutumpahkan semuanya di sana. Bingung, sedih, gemas karena aku bahkan gak tahu apa yang salah di diriku, semuanya bercampur. Kutumpahkan lewat kata-kata yang mengalir di roomchati kami.
Dia tidak langsung membaca. Apalagi membalas. Maka kubiarkan saja. Sementara waktu, aku berusaha kembali ke rutinitas biasa. Aku mengiriminya pesan pukul 09.08 malam. Dan akhirnya, begitu jam menunjukkan angka 10.00 malam, pesannya datang.
Balasannya datang! Balasan beruapa untaian kata paling cantik yang pernah kubaca. Balasan yang seketika membuat semuanya terasa lega. Membuat semua pertanyaan-pertanyaanku terjawab. Dan semoga kamu, yang juga sedang merasakan hal yang malam itu kurasakan, bisa menemukan solusi dari balasannya.
Di situlah baru kusadari. Bahwa mungkin, sesuatu yang perlu dikeluarkan itu adalah perasaan suka aku kepada ikhwan itu. Bahwa mungkin, yang mengganjal itu karena kupaksakan 2 cinta di dalam 1 hati. Bahwa mungkin, yang salah padaku saat itu karena aku terlalu menyukainya. Hingga melupakan apa yang seharusnya aku cintai sejak awal.
Sejak balasan itu kuterima, aku sudah mulai membaik. Mulai mengerti apa yang seharusnya kulakukan. Mulai mencari solusi sendiri bagaimana caranya menumbuhkan rasa cinta pada Allah dan membumihanguskan perasaanku pada dia. Karena solusi itu, sejujurnya datang dari diri masing-masing, dari kemauan pribadi masing-masing. Jadi, ada baiknya, kamu mulai cari sendiri akar permasalahan susah move on-mu itu dari mana, cari solusi terbaik untuk dirimu, dan langsung eksekusi.
Tapi sebagai konklusi, mungkin poin-poin di bawah bisa membantu.
1. Perminim komunikasi
2. Sibukkan diri dengan kegiatan bermanfaat (menumbuhkan rasa cinta pada Allah)
3. Tegas dengan diri sendiri
Aku mungkin gak pantes banget buat kasih nasihat, karena semua poin di atas pun belum kulakukan maksimal. Tapi yuk, kita mulai move on rame-rame.
Buat yang mau diskusi, bisa dm ke instagram aku @fsprrrr atau email fauziahsalsa@gmail.com dan kalau kalian punya tips move on versi kalian sendiri, bisa bangeet share di komentar. See you later! Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
tidak ada 2 cinta dalam 1 hati.
Dan bagi kita, tidak ada
yang berhak mengisi hati ini
selain Allâh.
-H.I
Sejak pertama kali membalas snapgramnya, sejak saat itulah usaha 1 bulan puasa instagramku buyar. Karena sejak saat itu pula, kami justru makin dekat. Aku membalas snapgramnya, lalu dia membalasnya. Terus mengobrol. Lalu berhenti. Kadang gantian giliran dia yang membalas snapgramku, dan terus seperti itu.
Bodohnya, aku juga masih sempet-sempetnya modus zaman dulu. Bilangnya sih, ada kepentingan padahal justru keselamatan hatiku yang perlu diprioritaskan saat itu. Banyak drama, banyak perasaan gak enak. Dan lain sebagainya.
Tapi parahnya, saking terbiasanya, sensitivitas itu mulai berkurang. Perasaan gak enak itu mulai hilang, berganti dengan pikiran ah, biasa aja. Cuma chat doang. Dilanjut dengan mengobrol yang lebih banyak tidak pentingnya.
Hingga suatu saat, datanglah berita. Berita yang berasa nampar pipiku keras. Berita yang berasa membangunkan aku dari tidur dengan cara diteriakin pake toa. Intinya, kembali ke normal sense, tapi secara kaget.
"Dia mau nikah," kata seseorang.
Wah, gak tahu juga waktu itu rasanya gimana. Yang pasti berasa langsung kembali menyadari. Aku mah apa atuh. Cuma temen doang. Aku mah apa atuh. Menahan diri gak nge chat juga gak bisa. Aku mah apa atuh.
Dari situ, mulailah diri ini kembali bersemedi di kamar. Mulai merenungi lagi jejak maksiat selama ini. Duh, parah banget lah pokoknya. Malam itu juga sesi galau seorang cau pun dimulai. Entah kenapa, rasanya tuh, sesek gitu. Berasa ada yang mengganjal di hati. Berasa ada sesuatu yang perlu dikeluarin tapi gak tahu apa. Berasa pengen meledakkan sesuatu, tapi gak tahu apa yang mau dan perlu diledakkan itu.
Salah satu hal yang paling kuingat saat ada acara talkshow dengan pemateri seorang psikolog adalah : "Emosi itu perlu disalurkan, biar lega. Kamu lagi marah, maka salurkanlah. Jangan dipendam. Bisa dengan menangis, bisa dengan olahraga. Salurkanlah ke arah yang baik." Intinya sih, gitu.
Dan malam itu, aku nangis. Tapi gak tahu emosi yang disalurkan lewat tangis ini. Rasanya cuma pengen nangis, tapi rasa lega itu gak muncul. Aku butuh sesuatu. Butuh saran. Butuh seseorang. Dan aku tahu persis siapa yang paling baik kuhubungi saat butuh siraman rohani.
Akhirnya aku mulai curhatanku dengan bismillah. Kutumpahkan semuanya di sana. Bingung, sedih, gemas karena aku bahkan gak tahu apa yang salah di diriku, semuanya bercampur. Kutumpahkan lewat kata-kata yang mengalir di roomchati kami.
Dia tidak langsung membaca. Apalagi membalas. Maka kubiarkan saja. Sementara waktu, aku berusaha kembali ke rutinitas biasa. Aku mengiriminya pesan pukul 09.08 malam. Dan akhirnya, begitu jam menunjukkan angka 10.00 malam, pesannya datang.
Balasannya datang! Balasan beruapa untaian kata paling cantik yang pernah kubaca. Balasan yang seketika membuat semuanya terasa lega. Membuat semua pertanyaan-pertanyaanku terjawab. Dan semoga kamu, yang juga sedang merasakan hal yang malam itu kurasakan, bisa menemukan solusi dari balasannya.
Wa'alaikumussalâm warahmatullâh wabarakâtuh. Bismillâh. Alhamdulillâh, Allâh jadikan hati caca masih peka.Ya.. Mungkin memang sangat sulit ya untuk gak inget. Tapi semoga caca bisa kalau setiap inget, caca juga inget bahwa tidak ada 2 cinta dalam 1 hati. Dan bagi kita, tidak ada yang berhak mengisi hati ini selain Allâh. Bahkan cinta kepada orang tua adalah suatu ketaatan kepada Allâh sebagai bukti cinta kita kepada-Nya.Maka wajarlah kalau caca sedih karena hati caca yang terisi dengan cinta kepada Allâh terusik dengan bisikan syaithan untuk mencintai seseorang yang bukan mahram (dalam hal ini suka) dan yang demikian itu adalah kemaksiatan kepada Allâh.Jadi, kembalikanlah kepada Allâh, senantiasalah mengingat-Nya serta berdzikir dan bertaubat kepada-Nya. Lambat laun, insyâallâh ketenangan datang, cinta caca kepada Allâh pun semakin besar.Jangan lupa kalau orang yang cinta itu tidak akan puas sampai tujuannya tercapai. Apa? Agar Allâh pun mencintai kita. Bersemangatlah!Barangkali, menyibukkan diri dengan ibadah disertai ambisi untuk melanjutkan hidup agar bekal kita cukup di kehidupan selanjutnya adalah ikhtiar lainnya untuk meraih cinta Allâh.Semoga Allâh senantiasa memberi kita hidayah taufiq-Nya agar dilindungi dari murka-Nya. Âmîn. Wallâhu a'lam.
Di situlah baru kusadari. Bahwa mungkin, sesuatu yang perlu dikeluarkan itu adalah perasaan suka aku kepada ikhwan itu. Bahwa mungkin, yang mengganjal itu karena kupaksakan 2 cinta di dalam 1 hati. Bahwa mungkin, yang salah padaku saat itu karena aku terlalu menyukainya. Hingga melupakan apa yang seharusnya aku cintai sejak awal.
Sejak balasan itu kuterima, aku sudah mulai membaik. Mulai mengerti apa yang seharusnya kulakukan. Mulai mencari solusi sendiri bagaimana caranya menumbuhkan rasa cinta pada Allah dan membumihanguskan perasaanku pada dia. Karena solusi itu, sejujurnya datang dari diri masing-masing, dari kemauan pribadi masing-masing. Jadi, ada baiknya, kamu mulai cari sendiri akar permasalahan susah move on-mu itu dari mana, cari solusi terbaik untuk dirimu, dan langsung eksekusi.
Tapi sebagai konklusi, mungkin poin-poin di bawah bisa membantu.
1. Perminim komunikasi
2. Sibukkan diri dengan kegiatan bermanfaat (menumbuhkan rasa cinta pada Allah)
3. Tegas dengan diri sendiri
Aku mungkin gak pantes banget buat kasih nasihat, karena semua poin di atas pun belum kulakukan maksimal. Tapi yuk, kita mulai move on rame-rame.
Buat yang mau diskusi, bisa dm ke instagram aku @fsprrrr atau email fauziahsalsa@gmail.com dan kalau kalian punya tips move on versi kalian sendiri, bisa bangeet share di komentar. See you later! Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Kaget, kirain blog siapa. Mantap, keep up! :)
BalasHapuswaah, kok bisa tahu blog ini? :O
Hapus