Postingan Keempatbelas : This Too Shall Pass

Pada suatu hari, ada seorang anak kecil yang nekat ingin pergi berlayar. Ia akhirnya menerobos kerumunan, menyalip di antara tubuh-tubuh besar orang dewasa hingga akhirnya ia berhasil masuk kapal. Dihirupnya udara segar dalam-dalam sambil menatap laut nun jauh di sana. Hatinya berteriak, tidak sabar untuk memulai petualangan.

Pikir anak kecil itu, laut pasti menyenangkan. Pikir anak kecil itu, laut pasti lebih asyik dibandingkan darat. Air tersedia melimpah. Makanan tinggal memancing ikan serta binatang laut lain favoritnya. Udara segar, tidak sumpek seperti ketika sedang menunggu lampu hijau di perempatan. Pikir anak kecil itu, di laut tidak akan banyak bencana. Tidak akan ada longsor, tidak akan kena lahar gunung berapi, tidak akan tertabrak motor, mobil, apalagi becak.

Hari-hari pertama berjalan dengan sangat baik. Para penumpang kapal hobi menangkap ikan dan makan besar bersama-sama. Tidur nyenyak, bangun disambut mentari pagi yang indah serta udara segar yang lagi-lagi jadi favorit anak kecil itu.

Hingga suatu saat, di tengah kelamnya malam, semua orang duduk di dek kapal. Saling berpelukan satu sama lain. Entah untuk menghangatkan badan dari dinginnya angin malam yang menusuk, atau untuk saling menenangkan hati-hati yang gelisah. 

Kapal terombang-ambing di lautan. Ombak sedang mencapai puncaknya. Hujan deras mengguyur lautan, dan petir menyambar dimana-mana. Anak kecil itu kaget. Tidak menyangka bahwa lautan menyimpan keganasan tersendiri. Tidak menyangka bahwa lautan tidaklah selalu indah. Ombak mega dahsyat datang, beruluh-puluh meter melayang di atas kapal, sebelum meluncur jatuh ... memporak-porandakan ribuan tubuh manusia.

Anak itu berpegangan pada tiang kapal ketika ombak menghantam tubuhnya sementara badai menampar-nampar wajahnya. Tubuhnya terombang-ambing, hampir terjatuh, namun ia kembali berpegang erat pada tiang.

"This too shall pass," ucapnya dalam hati sambil mengeratkan pegangan dan menutup mata rapat-rapat.

Ombak kembali menubruk badannya. Hujan deras mengguyur, mengetuk-ngetuk kepalanya kencang. Anak itu tidak mau membuka mata. Mulutnya terbuka, menggaung-gaungkan satu-satunya kalimat yang membuatnya memilih untuk bertahan.

"This too shall pass. This too shall pass. This too shall pass. This too shall pass."

Dan tiba-tiba suasana hening. Tidak ada lagi suara ombak ganas datang mencoba menghancurkan dirinya. Tidak ada lagi suara hujan deras yang bagai ribuan petasan. Tidak ada lagi suara teriakan orang-orang. Anak itu terus memegang erat tiang. Nafasnya tak keruan. Jantungnya masih berdegup kencang.

"This too ..." ucapnya pelan, sambil perlahan membuka matanya. "... shall pass."

Hanya ada kapal, perabotan yang berantakan, dan dirinya,

seorang diri.

---

waaahh mayan panjang! Padahal intinya sih, cuma sedikit.

Cerita di atas tuh, analogi diri kita. Pertama masuk SMA, rasanya happy. Senang akhirnya jadi lebih "gede". Senang akhirnya dapat teman baru, lingkungan baru, dan materi yang lebih advanced. Tanpa disadari, bahwa SMA adalah saat-saat badai ujian datang.

This too shall pass.

Yang kutanamkan setiap kali melewati badai ujian, Bahwa pada akhirnya, jika kita terus berpegang teguh, enggan menyerah, segala sesuatunya akan terlewati. This too shall pass. Ini pun akan berlalu.

Pernah takut sama UN SMP dulu? Pernah dag dig dug serr pas masuk ruang ujian? Pernah kebelet sampai mules begitu mau ngerjain soal? Well, apa pun itu, buat kamu yang udah SMA, selamat ya! Kamu sudah melewati satu dari sekian badai yang ada dalam hidup ini.

Ketika banyak ujian datang, entah itu ulangan, presentasi, ujian praktik, segala sesuatunya, jangan dibawa pusing ya! Nanti juga bakal berlalu. Nanti juga bakal pergi dengan sendirinya. Nanti juga ... tahu-tahu semua sudah selesai.

Seperti lagu almarhum Chrisye, bahwa :

Badai ... pasti berlalu~

(Hampir) selamat tinggal ujian praktik, dan selamat datang USBN, UN, dan (semoga engga ketemu) SBMPTN! Come here! I am not afraid. This too shall pass



Ujian? Tugas? Makan aja! Am!

Komentar

Postingan Populer