Menurunkan Berat Badan Ternyata Memang Susah, Lho!

Buat kalian-kalian yang sedang menjalani program diet, mungkin seringkali merasa pengen nyerah, pengen udahan aja. Gak kuat. Bukan hanya karena capek banget menahan rasa lapar, tapi juga karena ... 

"Usaha udah gede kok, tetep gak turun-turun siiiihhh?!!!"

Nah, di postingan kali ini, gue mau bahas alasan kenapa sih, diet tuh susah banget? Kenapa sih, nurunin berat badan tuh susah? Hal ini bakal kita tinjau dari teori evolusi dan juga bakal ditutup dengan penelitian tentang metode diet yang baik. Referensi postingan ini adalah textbook kuliah gue karena kebetulan di semester 3 kemaren gue belajar soal hal ini. Oke, langsung aja kita bahas!

Nah, jadi tubuh manusia ini punya dua reaksi ketika kita kekurangan makanan (seperti yang kita rasakan ketika lagi diet).

Pertama, kondisi kekurangan makan ini bikin kita jadi overeating setelahnya. Kecenderungan manusia adalah, kalau perut udah laper banget, pas ketemu makanan tentunya jadi pengen makan banyak. Yaa kira-kira kayak kalau buka puasa atau pas lebaran. Biasanya sering banget kita yang sebulan kemaren udah nahan-nahan makan, sekalinya selesai puasa, langsung kalap. Semua dimakan. Yaa gimana gak mau balik ke berat awal kan, ya.

Kedua, ketika kita lagi berada di kondisi kekurangan makan, tubuh kita secara otomatis bakal mengurangi tingkat metabolisme. Nah, semakin kurang tingkat metabolisme kita, maka semakin sedikit juga kalori yang dibakar. Jadi ini jugalah alasan kenapa bahkan dalam keadaan kelaparan dan perut menjerit-jerit, kita tetep kesulitan buat nurunin berat badan. Karena kalori yang dibakar pun sedikit. Makanya banyak banget orang yang bilang kalau mau berat bada turun tuh, gak bisa cuma mengurangi makan. Harus olahraga juga buat ngebantu ngebakar kalori.

Sekarang, kita lanjut ke teori evolusi yang menjelaskan kenapa dua reaksi itu yang muncul ketika kita kekurangan makanan. Menurut teori evolusi, hal-hal yang diturunkan ke kita sekarang ini adalah hal-hal yang bikin nenek moyang kita selamat dan bisa survive sampai akhirnya kita bisa brojol ke dunia. Dengan kata lain, dua reaksi tadi itu sebenernya bermanfaat buat nenek moyang kita.

Kita mulai dari yang pertama. Dari mata pelajaran IPS di SMP dulu, mungkin kita udah tahu kalau orang-orang purba hidupnya seringkali pindah-pindah, tergantung makanan ada dimana. Nah, ketika mereka lagi dalam keadaan kurang, mereka harus aktif cari sumber makanan di tempat lainnya. Sekalinya ketemu makanan, tentunya mereka bakal overeat dan makan sebanyak mungkin makanan yang bisa dimasukin. Biar apa? Biar bisa disimpan kalau-kalau nanti kekurangan lagi. Mirip-mirip kayak orang yang rajin nabung karena mereka tahu, ada kalanya pendapat mereka bakalan seret.

Kedua, sebenernya tubuh kita ini baik banget, lho. Ketika kita lagi kekurangan makanan, mereka mau ngebantuin dengan cara menurunkan metabolisme kita. Biar gak kayak pepatah sudah jatuh tertimpa tangga. Udah mah lagi kurang, eh, malah dipalakin.

Nah, udah kebayang kan sekarang, gimana dua reaksi tadi sebenarnya sangat berguna untuk nenek moyang kita? Hal-hal yang berguna dipake survive di masa lalu itulah yang bikin kita sekarang jadi susah buat nurunin berat badan. 

Karena gak afdhol kalau hanya ngebahas kenapa diet itu susah, gue juga bakalan share salah satu penelitian tentang program diet yang baik. Sebenernya banyak dari kalian juga udah tahu dan udah mempraktekkannya, sih. Cuma biar makin yakin aja kalau cara yang kalian jalani ini udah oke banget.

Dalam penelitian “Behavior Therapy and Pharmcotherapy for Obesity” L. W. Craighead, A. J. Stankard, & R. M. O’Brien di tahun 1981, para peneliti ini membagi partisipan menjadi 3 kelompok.

Kelompok 1 : Program penurunan berat badan dengan cara modikasi perilaku kebiasaan makan dan olahraga
Kelompok 2 : Program penurunan berat badan dengan cara makan obat diet (kayak di ig-ig gitu)
Kelompok 3 : Program penurunan berat badan dengan metode kombinasi. Modifikasi perilaku iya, pake obat juga iya.

Setelah 6 bulan, kelompok yang paling banyak turun berat badan adalah kelompok 3. Sementara yang paling sedikit perubahannya adalah kelompok 1. Eits, jangan sedih dulu! Gak selesai sampai di sini, peneliti-peneliti ini juga mengecek perubahan berat badan para partisipannya setahun kemudian. Hasilnya, kelompok 1 ini cenderung stabil dan dan regain berat badan yang jauh lebih kecil dibanding 2 kelompok lainnya yang malah regain 2/3 berat badan awal.

Seperti kata pepatah, di dunia ini gak ada yang instan, yang instan cuma indomie. Oleh karena itu, kalau mau diet yaa jangan maunya pake shortcut/jalan pintas.

Sekian postingan kali ini, semoga ada guna dan manfaatnya. Sampai jumpa di postingan selanjutnya yang bakal dipos kapan-kapan! Hahahaha. See you.

Referensi:
Nolen-Hoeksema, S., Fredickson, B. L., Lotus, G. R., & Wagenaar, W. A. (2009). Atkinson & Hilgard’s Introduction to Psychology (15th ed.). Hampshire: Cengange Learning EMEA.

Komentar

Postingan Populer