Postingan ke-32: Ketinggalan

 Bismillah.

Di masa jobseeker gini hampir tiap hari kerjanya cek LinkedIn. Di sana ada banyak lowongan, tapi banyak juga update teman-teman yang sudah mulai nemu tempat belajar pertamanya masing-masing. Kadang merasa ketinggalan. Tapi di sisi lain, liat ada banyak juga yang belum lulus, aku selalu bertanya-tanya apa mereka juga merasa ketinggalan?

Orang-orang bilang semua ada timelinenya masing-masing. Tapi sedih gak sih, kalau timeline kita lebih telat dari yang lain? Ada bulan-bulan, atau mungkin bisa tahunan gap antara timeline kita dengan yang lain, di mana kita harus nelen sendiri sedihnya merasa ketinggalan.

Salah satu yang bikin aku kepikiran juga adalah gimana ya, perasaan mereka yang dulu sempat gap year? Yang lain pasang twibbon, mereka harus nelen pahit kenyataan belum keterima di mana-mana. Yang lain sibuk ikut ini itu, mereka masih harus belajar buat persiapan tahun depan. Di saat-saat kayak gini, aku makin kagum sama mental mereka-mereka yang sempat gap year. Kebayang sulitnya buka media sosial di saat itu.

Soalnya sekarang, rasanya sulit juga untuk aku ngebuka LinkedIn. Aku ikut senang dengan pencapaian orang, tapi juga jadi bertanya-tanya, giliran aku kapan ya?

Aku jadi mikir juga, kalau mentalku terus-terusan kayak ini, apakah nanti-nanti aku juga bakal terus sedih setiap kali 'ketinggalan'.

Orang lain udah nemu jodohnya, giliran aku kapan ya?

Orang lain udah punya anak, giliran aku kapan ya?

Orang lain udah punya rumah, giliran aku kapan ya?

dan terus menerus bertanya, giliran aku kapan ya?


"Semua orang punya timelinenya masing-masing." dan kalau timeline kamu belakangan, it is okay.


Susah ya, nerima kalimat itu. Tapi semoga hatiku bisa dilapangkan.

Komentar

Postingan Populer